PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN FUNGSI PSIKOLOGI ISLAM

PENGERTIAN, RUANG LINGKUP
DAN FUNGSI
PSIKOLOGI ISLAM
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah Psikologi Islam
Dosen Pengampu Samsudin, M.Pd. I
Semester IV, Kelas PAI C




Disusun Oleh:
Anisatun Nikmah (15.10.997)
Adi Riyansah (15.10.1016)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI ILMU AL QURAN (STIQ) AN-NUR
YOGYAKARTA
2017

 KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulisan makalah yang berjudul Pengertian, Ruang Lingkup, dan Fingsi Pisikologi Islam ini dapat terselesaikan  walaupun dalam proses penyusunannya, kami sering mengalami berbagai hambatan namun berkat kesabaran dan motivasi kami, makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini pula, Kami mengucapkan banyak  terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut serta atas sumbangan pemikiran dan pengalaman dalam penulisan makalah ini. Secara khusus ucapan terima kasih ini ditujukan kepada,
Ø  Bpk, Samsudin, M.Pd. I. sebagai dosen mata kuliah Fiqih III Munakahat, yang telah membimbing kami hingga makalah ini dapat diselesaikan
Ø  Orang tua kami yang telah memberi bantuan lewat doa
Ø  Teman-teman yang selalu mendukung dan memberi motivasi sehingga penulisan  makalah ini dapat terselesaikan
Akhir kata penulis  menyadari bahwa makalah ini belum sempurna sehingga kritik dan saran dari teman-teman yang positif dan dapat membangun sangat kami perlukan guna menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dikarenakan Islam merupakan sumber pedoman, pandangan dan tata nilai bagi kehidupan manusia. Disamping itu, karena didapati banyaknya cerita dan konsep tentang manusia dalam Al-Qur’an, Islam sendiri merupakan sumber ilmu pengetahuan. Psikologi Islam adalah wacana psikologi yang didasarkan pada pandangan dunia islam. Pandangan-pandangan yang berasal dari khazanah islam diambil sebagai dasar utama pengembangan psikologi islam. Beberapa contohnya adalah fitrah, qalbu, ruh, nafs, insan kamil, sabar, syukur dan seterusnya.
Disini Psikologi Islam lebih merupakan pandangan islam tentang manusia yang tidak harus dikaitkan-kaitkan dengan pandangan Psikologi Barat. Berbeda dengan Psikologi Barat yang pandangan filsafatnya didasarkan pada spekulasi filosofis tentang manusia, maka Psikologi Islam didasarkan pada sumber otentik, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadis.
Kemudian Ada dua alasan mendasar mengapa kita perlu menghadirkan Psikologi Islam. Alasan yang paling utama adalah karena Islam mempunyai pandangan sendiri tentang manusia. Al-Qur’an, sumber utama agama islam, adalah kitab petunjuk, didalamnya terdapat rahasia mengenai manusia. Allah, sebagai pencipta manusia, tentunya tahu secara nyata dan pasti tentang siapa manusia. Lewat Al-Qur’an, memberitakan rahasia-rahasia tentang manusia. Karenanya, kalau kita ingin tahu manusia lebih nyata dan sungguh-sungguh, maka Al-Qur’an (Wahyu), adalah sumber yang selayaknya dijadikan ajuan utama.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang di  Maksud dengan psikologi Islam?
2.      Apa saja ruang lingkup Psikologi Islam?
3.      Apa kegunaan atau fungsi Psikologi Islam?

C.    Tujuan
1.      Agar mengetahui apa pengertian dari Psikologi Islam.
2.      Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup Psikologi Islam.
3.      Dan untuk mengetahui apa saja kegunaan dan fungsi Psikologi Islam.

BAB II
PENGERTIAN ,RUANG LINGKUP, DAN
FUNGSI PSIKOLOGI ISLAM

A.    Pengertian Psikologi Islam
Secara etimologi, psikologi memiliki arti ilmu-ilmu tentang jiwa. Dalam Islam, istilah jiwa memiliki padanan dengan kata nafs, meski ada juga yang menyamakan dengan istilah ruh. Namun begitu, istilah nafs lebih populer penggunaannya daripada istilah ruh. Dan dengan demikian, psikologi dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Arab menjadi ilmu al nafs atau ilmu al ruh.[1]
Sedangakan secara istilah Psikologi Islam adalah kajian islam yang berhubungan dengan aspek-aspek dan perilaku kewajiban manusia,agar secara sadar ia dapat membentuk kualitas diri yang lebih sempurna dan mendapat kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Psikologi Islam juga disebut dengan kajian ilmiah terhadap jiwa atau rohaniah manusia dalam perspektif ajaran  islam. Dalam hal ini nilai-nilai slam menjadi tolak ukur gambaran kejiwaan manusia yang diamati melalui tingkah lakunya.[2]
Jadi dapat disimpulkan bahwa Psikologi Islam adalah ilmu tentang  jiwa manusia dalam pandangan  islam, yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah laku manusia. Psikologi Islam merupakan corak psikologi yang berlandaskan citra manusia menurut ajaran Islam, yang mempelajari keunikan dan pola perilaku manusia sebagai ungkapan pengalaman interaksi dengan diri sendiri, lingkungan sekitar dan alam kerohanian dengan tujuan meningkatkan kesehatan mental dan kualitas keberagamaan.
Dalam QS.AL-Fushilat  ayat 53, dijelaskan bahwa psikologi harus dilihat sebagai manusia untuk membuka rahasia sunatullah yang bekerja pada diri manusia, dalam artian menemukan berbagai asas, unsur, proses, fungsi dan fungsi mengenai kewajiban manusia.[3]
Sekalipun psikologi islam erat kaitanya dengan agama islam, perlu dikukuhkan disini  bahwa psikologi islam adalah psikologi. Dalam psikologi islam tidak ada pembauran antara agama dan psikologi dengan fenomena-fenomena keagamaan menjadi semata-mata proses psikologi.
Oleh karena itu tugas Psikologi Islam harus mampu menggambarkan pengetahuan spiritual seseorang dengan pendekatan metedologi ilmiah dan epistimologi islam. Yang mencakup menguraikan, memprediksi dan mengendalikan tingkah laku manusia, maka psikologi Islam masih memiliki tugas tambahan, yaitu pengembangan psikologi Islam. Dalam hal ini psikologi Islam harus menempatkan agama sebagai pijakan ilmu. Dalam epistimologi islam, instrumen pengetahuan manusia ada tiga, indrawi, rasio dan intuisi.
Sumber pengetahuan psikologi Islam seharusnya ada empat pendekatan,yaitu pendekatan empiris, filosofis, bayani. Sebagai contoh, melalui penelitian empiris kita dapat mengetahui tentang kehidupan keberagamaan manusia, terkait praktik ibadah dan aspek keagamaan lainnya, serta pengaruhnya terhadap kejiwaan manusia.
Dalam usaha pengembangan ilmu, ilmuwan Psikologi Islami dapat melakukan upaya pembandingan (komparasi) antara psikologi modern dengan konsep-konsep yang dijabarkan dalam Al Quran, Al Hadist, dan hasil pemikiran para ulama. Komparasi tersebut berguna untuk mengetahui sejauh mana terjadi keserupaan (similarisasi), kesejalanan (paralelisasi), saling melengkapi (komplementasi), saling memperkuat (verifikasi), dan saling menyangkal (falsifikasi).
Sebagai sebuah disiplin ilmu yang relatif baru, dan dikenal sejak zaman Plato di Yunani, namun kajian tentang  jiwa. Dalam perkembangannya, kaitanya dengan upaya untuk membangun kesehatan mental manusia kajian nafs. Psikologi islam dapat dipahami seperti halnya Sosiologi Islam.
Kemudina menurut Hanna Djumhana, bahwa pisikologi islam ini adalah sains yang memiliki persyaratan ketat sebagai sains. Yang tetap merupakan ciri utama dari psikologi islam.

B.     Ruang lingkupPsikologi Islam
Psikologi islam mengakui adanya hembusan ruh-Nya ke dala diri manusia. Mengenai ruh yang ditiupkan ini para ula sepakat bahwa ruuh bukanlah sejenis ruh tumbuhan atau hewan, melainkan sejenis  ruh yan teramat halus dan luhur yang  dikaruniakan Allah kepada manusia semata-mata. Tujuannya agar mereka mempunyai hubugan ruhaniah dengan sang pemilik Ruh itu,yakni Allah SWT.       
Dengan demikian dalam pandangan psikologi islam ada empat dimensi yang terpadu pada diri manusia selama hidup:
1.      Diemensi Ragawi (fisik biologi)
2.      Dimensi kejiwaan (psikologi)
3.      Dimensi lingkungan (sosiokultural)
4.      Dimensi ruhani (spiritual)
Sepertihalnya raga dan lingkungan sosial-budaya tdak termasuuk bidang psikologi , demikian pula dimensi ruh bukan prioritas garapan psikologi. Karena ruh merupakan kajian agama, khususnya taswuf  islam.[4]
Ruang lingkup Psikologi Islami tidak hanya terbatas pada pengembangan psikobiologi, psikoeksistensial, dan psikososial, tetapi juga psikospiritual. Artinya, diakui adanya pengaruh dorongan spiritual dalam menentukan perilaku manusia. Dorongan ini sering merupakan pendorong utama dalam manusia untuk berperilaku.

C.    Fungsi Psikologi
Psikologi Islam tentu tidak dapat dipisahkan dari psikologi yang sudah ada. Namun demikian, perannya bukan sebagai pengekor psikologi kontemporer-sekular. Teori-teori yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam tentu tidak disangkal. Teori-teori yang belum lengkap perlu disempurnakan, sedangkan teori-teori yang salah kaprah perlu diluruskan berdasarkan nilai-nilai Islam. Di sinilah mengapa penelitian menjadi sangat penting, yaitu agar kita yang bersemangat mengislamisasi psikologi tidak sembarang menyalahkan atau menganut suatu teori.
Sebagai sebuah ilmu, sama seperti ilmu-ilmu lainnya psikologi berfungsi sebagai berikut:
a.      Fungsi Pemahaman. Mampu menerangkan berbagai gejala perilaku manusia, corak relasi, dan kehidupannya.
b.      Fungsi Pengendalian. Memanfaatkan temuannya untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan kehidupan manusia, serta mencegak praktik yang tidak benar dan efek negatif dari psikologi itu sendiri dan ilmu lainnya.
c.       Fungsi Peramalan. Membuat perkiraan tentang pola perilaku manusia dalam berbagai situasi dan akibat-akibatnya di masa depan berdasarkan data yang akurat.[5]
Psikologi Islami juga dikembangkan berdasarkan fungsi tersebut di atas, tetapi fungsinya sendiri lebih ditingkatkan dengan menambahkan fungsi pengembangan dan pendidikan, yaitu:
a.      Fungsi Pengembangan. Memperluas dan mendalami ruang lingkup Psikologi Islami, menyusun teori-teori baru, menyempurnakan metode, dan menciptakan teknik dan pendekatan psikologis terhadap permasalahan manusia yang lebih kreatif.
b.      Fungsi Pendidikan. Melalui teori-teorinya, Psikologi Islami berusaha meningkatkan kesejahteraan hidup manusia dengan menerapkan prinsip “Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri,” (QS Al Ra’d (13): 11) melalui berbagai upaya pendidikan, seperti belajar-mengajar, pelatihan, konseling, psikoterapi, bimbingan, nasihat, pembiasaan, dan peneladanan. Usaha mendidik manusia tidak hanya dilakukan dengan memanfaatkan strategi-strategi pendidikan yang psikologis (seperti pemahaman diri, pengubahan sikap, motivasi, penyelesaian masalah, dan penerimaan diri), tetapi juga melibatkan asas-asas keagamaan (seperti ikhlas, sabar, syukur, tawakal, berdoa, dan beribadah).[6]
Berdasarkan fungsi tersebut, tujuan utama dan misi utama Psikologi Islami adalah mengembangkan kesehatan mental pada diri pribadi dan masyarakat serta meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.
Psikologi Islami tidak hanya berusaha membantu manusia menjadi sehat secara psikologis, tetapi juga membantu meningkatkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah Swt. Kesehatan mental dan kualitas keberagamaan adalah dua hal yang saling mempengaruhi. Mental yang sehat mempengaruhi kualitas keberagamaan, kualitas keberagamaan mempengaruhi kesehatan mental. Maka dari itu, ada hubungan yang erat antara ilmu dan Islam dalam pengembangan Psikologi Islami.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dalam usaha pengembangan ilmu, ilmuwan Psikologi Islami dapat melakukan upaya pembandingan (komparasi) antara psikologi modern dengan konsep-konsep yang dijabarkan dalam Al Quran, Al Hadist, dan hasil pemikiran para ulama. Komparasi tersebut berguna untuk mengetahui sejauh mana terjadi keserupaan (similarisasi), kesejalanan (paralelisasi), saling melengkapi (komplementasi), saling memperkuat (verifikasi), dan saling menyangkal (falsifikasi).
Sebagai sebuah disiplin ilmu yang relatif baru, dan dikenal sejak zaman Plato di Yunani, namun kajian tentang  jiwa. Dalam perkembangannya, kaitanya dengan upaya untuk membangun kesehatan mental manusia kajian nafs. Psikologi islam dapat dipahami seperti halnya Sosiologi Islam.

B.     Pesan dan saran
Karena makalah ini tidk seindah seperti apa yang teman-teman harapkan maka carilah referensi yang lebih dari apa yang ada pada makalah ini tentang berbagai penjelasan mengenai Pisikologi Islam.

C.    Kritik Makalah
Diterima kapanpun dan dimanapun.

D.    Pengakhir Makalah
Demikianlah makalah yang dapat kami buat dengan sebisa-bisanya, yang didorong oleh nikmat Allah SWT baik sehat, sempat maupun nikamat dapat melihatnya tersenyum, hehe,,,,,,
Sekian dari kami Wallahul Muwafieq Ilaa Aqwamith Tharieq
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh





BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Rosleni Marliany, 2015, Psikologi Islam, Bandung: Pustaka Setia.
Hanna Djumhana Bastaman, 2005, Integrasi Psikolog idengan Islam, Yogyakarta: Yayasan Insan Kamil.
Abdul Mujib 2001,  Nuansa-nuansa Psikologi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada.




[1] Abdul Mujib, et.al., Nuansa-nuansa Psikologi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001, hlm. 3
[2] Rosleni Marliany, Psikologi Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2015), hal. 5
[3] Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikolog idengan Islam (Yogyakarta: Yayasan Insan Kamil 2005). Hal 4.
[4] Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikolog idengan Islam (Yogyakarta: Yayasan Insan Kamil 2005). Hal 7-8
[5] Ibid. Hal 6
[6] Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikolog idengan Islam (Yogyakarta: Yayasan Insan Kamil 2005). Hal 7

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN KEGUNAAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

PENGERTIAN PSIKOLOGI ISLAM